Diusia 30 an telah menempati posisi manager sebuah perusahaan dengan penghasilan yang cukup untuk membeli sebuah rumah di kawasan elit dan menempatinya bersama istri dan kedua putra/putri. Sebuah mobil sport menjadi kendaraan pribadi dan bergabung dengan sebuah klub golf.
Sempurna.
Semua berjalan seperti yang diharapkan sampai pada satu hari ketika harus berhadapan dengan keputusan di PHK oleh pihak perusahaan, marah, kecewa dan sedih yang dirasakan.
Berbekal pendidikan, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki, masih ada keyakinan bahwa tawaran untuk bekerjaan di perusahaan lain pasti akan datang.
Tetapi ketika hari berganti minggu dan kemudian berbulan-bulan belum juga mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keinginan maka akhirnya tawaran menjadi pekerja kasar dari seorang saudara ipar terpaksa dikerjakan paling tidak bukan menyerah dan kemudian memutuskan untuk bunuh diri.
Sepenggal cerita dari film The Company Men yang mungkin saja bisa terjadi kepada setiap orang dengan status karyawan termasuk aku.
Film ini seakan mengingatkan akan ucapan “Jangan hanya menjadi pegawai atau pekerja tetapi jadilah pengusaha yang menciptakan lapangan kerja”.
Anjuran yang sudah sering didengar tetapi jelas untuk melaksanakannya tidak semudah ketika mengucapkannya.
Kendala pertama yang terpikirkan adalah modal awal untuk usaha mau didapat dari mana. Ketika modal didapat bukan berarti tidak ada lagi tantangan dalam menjalankan usaha.
Seorang teman pernah berkata “Seandainya saat ini ada orang yang memberi Rp 100 juta untuk usaha, aku tidak tahu mau dipakai untuk membuka usaha apa”
Teman tersebut mengucapkan kalimat itu karena dia mengerti bahwa “membuka usaha” berarti tidak sekedar membuka usaha tetapi juga harus mampu menjalankan dan mengembangkan usaha tersebut.
Berbeda dengan menjadi seorang pegawai, ketika perusahaan sedang bermasalah atau bahkan bangkrut, Anda tinggal pergi dan kemudian bergabung dengan perusahaan lain.
Sebagai pengusaha, perusahaan adalah hidup Anda.
Memastikan posisi perusahaan harus selalu berada diatas, meskipun disadari sepenuhnya hidup merupakan roda yang akan selalu berputar. Namun Anda harus bisa mengerahkan segala upaya agar perusahaan selalu berada diatas dan perputaran roda tersebut hanya boleh terjadi setelah 7 keturunan.
Sekali lagi, mudah untuk diucapkan namun pada kenyataan sulit untuk dilakukan, sulit bukan berarti tidak bisa. Terlihat sulit karena selama ini tidak terlatih dan dididik untuk menjadi pengusaha.
Seperti keluhan dari seorang saudaraku yang mengatakan “Ketika kita sekolah dulu, guru akan melarang kita untuk berjualan di sekolah, karena kita memang dididik untuk menjadi pegawai bukan pengusaha”.
Tapi tidak ada kata terlambat untuk belajar. Belajar untuk menjadi pengusaha dan munkin suatu saat blog ini akan berubah menjadi annterpreneur.com
Amin
Aih, pilem ini juga nih yang masuk ke dalam daftar wajib pilem incaran saya! 😀
Saya nungguin DVD bajakannya yang bagus, belom ada…. 😦
Yang main kevin costner, ben affleck, chris cooper, ama tommy lee-jones, siapa yang gak tertarik? 😀
Yang penting tetap semangat dan jangan mudah putus asa Pak. Semoga sukses selalu. Amin.
semoga Ann bisa menjadi pengusaha kuliner yang berhasil nantinya ,amin
salam
siap !!!
laksanakan!
pokoknya sekali entrepreneur tetap entrepreneur.
kisah Rustono si raja tempe Jepang dr Grobogan adl contoh terakhir yg kuketahui bbrp wk lalu.
filmnya sepertinya bagus nih…
nyari dunlutannya dulu ah.
ada linknya kah bro?
wah, bentar lagi usia saya 30 tapi belum apa2 nih 😀
Maaf baru nongol lagi sobat
Baru update dan BW lagi nih daku
Salam persohiblogan 🙂
Bisa saja, Kang Achoey sudah melangkah duluan.
mantap deh….
Annterpreneur.com ???
Ammiinnnn …
saya ikut mendoakan …
memang tidak mudah … tetapi juga tidak mustahil
salam saya Ann
Buka usaha kuliner aja, resto kecil atau kafe. Tp saingannya banyak ya? Tp paling tidak, mulai sst dr sekarang. Kecil aja dulu, kan lama2 jd gede. *sok bijak*
Sipp…. mas
Memang tidak ada kata terlambat, karena dengan membuka usaha sendiri setidaknya kita sudah bisa membantu orang lain dalam mencari pekerjaan. 😆
Artikel seperti ini sering aku dengarkan saat aku menjalankan usaha MLM murni.
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
mas Ann, aku ngakak baca komennya… wkakakakaka… serius, wkakaaakaak….
di foto itu aku senyum lho, cuma gak lebar2 amat sih wkaakakakak
Itulah pentingnya mempelajari Entrepreneurship.. semoga blogger bisa menjadi jalan salah satunya
salam kenal, aziz hadi
Jadi ingat, saya pernah melihat acara di salah satu tv swasta, tentang sarjana teknik yang memiliki usaha dawet. Sebelumnya ia pernah bekerja pada sebuah perusahaan, namun berhenti dan memilih berwirausaha.
Subhanallah, kini omset usaha dawetnya mencapai puluhan juta PERHARI…
Ternyata tak ada yang mustahil, kalau mau berusaha ya… 🙂
Sepertinya film ini menarik…
Orang selalu berpikir end-up dari seorang pegawai adalah menjadi wira usaha..
Menurut hematku, wirausaha juga adalah sebuah implementasi dari talenta.. so tanpa talenta ber wira usaha, tak kan jadi juga 🙂
IMO…
wah, bener tuh kata kawan mas,,
jika aku diberi uang yang banyak juga bingung mau usaha apa.
mungkin pendidikan untuk menjadi pengusaha harus ditanamkan sedini mungkin yak..
klo di kota aku ada beberapa sekolah khusus yang setiap hari sabtu hanya diajarkan untuk berwira usaha, tapi yang sekolah disana hanya orang2 ‘khusus’ dan dipilih..
wah bener juga ya mas… kita gak eprnah di ajarin jadi pengusaha… 😦
Kaya aku ini mental “bisnis” nya gak ada, meskipun kadang pengen banget buka usaha… semoga terwujud nanti 🙂 amin
Amin, semoga nanti ada pengusaha kuliner baru..
rekomendasi bagus buat seorang teman nih mas.. makasih ya infonya 🙂