Bocah Perusak Suasana

RestaurAnn, Jumat 13

Jumat sudah terlewati, akhir pekan sudah dihadapan yang terbayang adalah akhir pekan yang menyenangkan. Meskipun saat ini terjebak dikemacetan masih bisa ditahan atau mungkin berhenti dan singgah di restoran untuk beberapa saat sepertinya menjadi pilihan yang tepat.

Beberapa gelas minuman pasti bisa jadi obat menenangkan pikiran sambil menunggu kepadatan berkurang.

Tak perlu menunggu lama gelas pertama sudah hampir tak bersisa – komplain atasan, dead line, macet jalanan perlahan terlupakan disetiap tegukan – saatnya memesan gelas berikutnya, ya segelas minuman lagi menjadi pilihan tepat sepertinya.

Gelas baru sudah ditangan, terasa dingin segar melewati tenggorokan tapi kenikmatan terusik di tegukan ketiga suara riuh dari pintu depan.

Alihkan pandangan kearah sana mencoba mencari asal perusak kenikmatan ini, ternyata sekelompok orang baru masuk ke restoran. Ternyata beberapa orang dewasa dan anak kecil yang terus tertawa.

Menit berlalu minuman setengah gelas diam diatas meja, enggan untuk meminumnya.

Nikmatnya tidak sama dengan gelas pertama, bukan karena rasa tapi karena suasananya.

Bocah-bocah yang ketika masuk tadi sambil tertawa ternyata juga tidak bisa tenang diatas kursinya, mereka juga tidak bisa berhenti berlari mengejar temannya memutari semua meja tak peduli meski beberapa kali tubuh kecilnya menabrak meja dan kursi dihadapananya. Sakit tidak dirasa yang mereka tahu mereka sedang bergembira.

Orang tua mereka tidak terlalu peduli dengan tingkah anak mereka, mereka adalah raja dan anaknya adalah pewaris tahta yang bisa berbuat apa saja.

Di sudut sana para pelayan hanya diam tak berkata apa hanya sesekali (mungkin juga sudah berkali-kali) harus merapikan meja dan kursi yang dirusak olah bocah pewaris tahta termasuk juga membersihkan serpihan kaca dari gelas yang terlepas dari genggaman bocah pewaris tahta.

Saat itu orang tua mereka yang merasa dirinya raja hanya melambaikan tangan kearah pelayannya meminta mereka memberisihkan kepingan kaca dan kemudian melanjutkan pembicaraan mereka seakan tidak ada kejadian apa-apa, tetap membiarkan pewaris tahtanya melanjutkan ‘kegilaannya’.

Para pelayan tetap tidak berkata apa-apa menuruti semua perintah sang raja dan kemudian kembali berdiri di sudut sana sambil tersenyum yang dipaksa memandang kearah meja panjang para raja, jelas terlihat apa isi hati mereka.

Para pelayan terus memandang kearah sana mulai tidak lagi terlalu peduli dengan yang lainnya. Tidak ada yang memperhatikan meja ini, harus berteriak keras agar dapat perhatian dari mereka.

Para pelayan itu mungkin lupa semua yang ada disini adalah raja, bukan cuma mereka – sepasang raja dan ratu bersama bocah pewaris tahta perusak suasana.

Satu tanggapan

  1. sama dgn Nik, aku juga pingin tau, itu minuman apa sih Ann?
    kelihatannya bener2 bikin ngiler 🙂

    ini ceritanya kisah nyata ya Ann?
    wudih, pusing ya, kalau ada pelanggan yg kayak gituh, anak2nya nakal banget gak mau diem 😦
    salam

Tinggalkan Balasan ke niQue Batalkan balasan